Polresta Surakarta menolak permohonan izin panitia pelaksana pertandingan Solo FC vs Persebaya 1927 untuk berlaga di Stadion Manahan, Solo, minggu depan.
Polisi juga melarang pemindahan lokasi pertandingan di semua daerah di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
"Untuk bisa menyelenggarakan pertandingan kandang melawan Persebaya 1927 pada 8 Mei, kami telah mengajukan permohonan izin ke Polresta Surakarta pada 18 April lalu," ujar GM Operasional Solo FC, Abraham EW Turangan, kepada wartawan di Solo, Kamis (28/4/2011).
"Kemarin sore kami mendapat jawaban, Polresta Surakarta melarang pertandingan itu digelar di Solo."
Alasan kepolisian, menurut Abraham, hubungan suporter Persebaya dengan warga Solo belum pulih setelah beberapa kali terjadi benturan persoalan. Polisi juga mencontohkan beberapa peristiwa kekerasan yang melibatkan suporter Persebaya dengan warga Solo, dan warga di sepanjang perlintasan KA sepanjang Solo hingga Surabaya.
Tidak hanya melarang pertandingan digelar di Solo, lanjut Abraham, polisi juga melarang pertandingan dua musuh bebuyutan tersebut dipindahkan di daerah manapun yang masuk di wilayah hukum Polda Jateng, Polda DIY, Polda Jabar, dan Polda Metro Jaya.
"Karena pertimbangan waktu yang telah mendesak, kami memutuskan untuk menyerahkan sepenuhnya penyelesaian persoalan ini kepada LPI. Kami minta LPI menyediakan stadion dan panpel yang memenuhi standar untuk pertandingan tersebut. Di manapun lokasi yang dipilihkan oleh LPI, kami siap untuk menjalankan pertandingan," ujar Abraham.
Karena sudah sepenuhnya menyerahkan persoalan tersebut kepada LPI maka Solo FC juga menyerahkan seluruh persoalan teknis, termasuk perizinannya, kepada LPI. Jika pada waktu yang telah ditentukan, yaitu 8 Mei, pertandingan kedua klub tidak bisa dilaksanakan maka seluruh tanggungjawab dan wewenang berada di tangan LPI.
"Ini bukannya kami cuci tangan terhadap persoalan ini. Tapi karena sempitnya waktu yang tersedia, kami tidak mungkin mampu mencari tempat dan mengurus perizinannya hanya dalam waktu sesempit ini. Padahal pastinya akan ada sanksi jika kami tidak bisa menyelenggarakan pertandingan. Karena itulah kami memutuskan menyerahkan sepenuhnya kepada LPI," lanjutnya.
Sementara itu Manajer Tim Solo FC, Totok Supriyanto, mengatakan meskipun pilihan stadion sepenuhnya diserahkan LPI, namun diharapkan lokasi yang dipilih itu benar-benar telah dipertimbangkan secara matang terkait masalah keamanan. Diharapkan lokasi tersebut benar-benar merupakan daerah yang tak terjangkau oleh suporter kedua klub.
"Baik Solo FC maupun Persebaya 1927 mempunyai barisan suporter fanatik yang dalam kondisi apapun akan tetap bersusah payah datang menonton tim kesayangannya berlaga, selama lokasinya masih bisa dijangkau. Karena itu, jika lokasinya masih bisa dijangkau, kami khawatir nantinya hanya akan memindah lokasi benturan massa saja," ujar Totok.
Polisi juga melarang pemindahan lokasi pertandingan di semua daerah di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
"Untuk bisa menyelenggarakan pertandingan kandang melawan Persebaya 1927 pada 8 Mei, kami telah mengajukan permohonan izin ke Polresta Surakarta pada 18 April lalu," ujar GM Operasional Solo FC, Abraham EW Turangan, kepada wartawan di Solo, Kamis (28/4/2011).
"Kemarin sore kami mendapat jawaban, Polresta Surakarta melarang pertandingan itu digelar di Solo."
Alasan kepolisian, menurut Abraham, hubungan suporter Persebaya dengan warga Solo belum pulih setelah beberapa kali terjadi benturan persoalan. Polisi juga mencontohkan beberapa peristiwa kekerasan yang melibatkan suporter Persebaya dengan warga Solo, dan warga di sepanjang perlintasan KA sepanjang Solo hingga Surabaya.
Tidak hanya melarang pertandingan digelar di Solo, lanjut Abraham, polisi juga melarang pertandingan dua musuh bebuyutan tersebut dipindahkan di daerah manapun yang masuk di wilayah hukum Polda Jateng, Polda DIY, Polda Jabar, dan Polda Metro Jaya.
"Karena pertimbangan waktu yang telah mendesak, kami memutuskan untuk menyerahkan sepenuhnya penyelesaian persoalan ini kepada LPI. Kami minta LPI menyediakan stadion dan panpel yang memenuhi standar untuk pertandingan tersebut. Di manapun lokasi yang dipilihkan oleh LPI, kami siap untuk menjalankan pertandingan," ujar Abraham.
Karena sudah sepenuhnya menyerahkan persoalan tersebut kepada LPI maka Solo FC juga menyerahkan seluruh persoalan teknis, termasuk perizinannya, kepada LPI. Jika pada waktu yang telah ditentukan, yaitu 8 Mei, pertandingan kedua klub tidak bisa dilaksanakan maka seluruh tanggungjawab dan wewenang berada di tangan LPI.
"Ini bukannya kami cuci tangan terhadap persoalan ini. Tapi karena sempitnya waktu yang tersedia, kami tidak mungkin mampu mencari tempat dan mengurus perizinannya hanya dalam waktu sesempit ini. Padahal pastinya akan ada sanksi jika kami tidak bisa menyelenggarakan pertandingan. Karena itulah kami memutuskan menyerahkan sepenuhnya kepada LPI," lanjutnya.
Sementara itu Manajer Tim Solo FC, Totok Supriyanto, mengatakan meskipun pilihan stadion sepenuhnya diserahkan LPI, namun diharapkan lokasi yang dipilih itu benar-benar telah dipertimbangkan secara matang terkait masalah keamanan. Diharapkan lokasi tersebut benar-benar merupakan daerah yang tak terjangkau oleh suporter kedua klub.
"Baik Solo FC maupun Persebaya 1927 mempunyai barisan suporter fanatik yang dalam kondisi apapun akan tetap bersusah payah datang menonton tim kesayangannya berlaga, selama lokasinya masih bisa dijangkau. Karena itu, jika lokasinya masih bisa dijangkau, kami khawatir nantinya hanya akan memindah lokasi benturan massa saja," ujar Totok.
0 komentar:
Posting Komentar